Setelah sekian lama tidak memiliki
kesempatan mendengarkan tausiyah Ust. Hasan, Alhamdulillah sabtu pekan
lalu kesempatan itu akhirnya datang juga di acara Silaturrhami keluarga
besar IKPM Gontor cabang Yogyakarta. Beliau merasa berhutang untuk
datang ke Yogyakarta setelah sekian banyak alumni datang mengunjungi
beliau ke rumah beliau di area Pondok Tahfidz Al Muqoddasah, sehingga
beliau merasa harus menunaikan hutangnya untuk mengunjungi keluarga
besar IKPM Yogyakarta.
Acara dimulai menjelang pukul
14.00 siang, Hymne Oh Pondokku kembali aku nyanyikan setelah sekian
tahun hanya mendengarkan melalui media player notebook ideapad Y430,
hari itu aku kembali menyanyikan Hymne Oh Pondokku setelah sekian tahun
hanya bisa mendengarkan dari media player di Ideapad Y430-ku. Setelah
sambutan dari tuan rumah dan ketua IKPM cabang Yogyakarta, ayahanda K.H.
Hasan Abdullah Sahal memberi tausiyah.
Seperti biasanya, beliau tidak
merubah gaya beliau saat memberikan tausiyah, mulai dari pembukaan dan
intonasi suaranya, masih sama seperti saat dulu aku mendengarkan
tausiyah beliau ketika masih di Gontor beberapa tahun silam. Beliau
tidak ingin, di usianya yang sudah menginjak 60 tahun, beliau masih
memiliki hutang, apalagi hutang silaturrahmi.
Jika matahari terbit, maka bulan
purnama sudah tidak ada manfaatnya lagi. Ust. Hasan mengawali tausiyah
siang itu dengan sebuah ungkapan ringan. Cukup lama aku berfikir keras
dengan ungkapan beliau tersebut, kemudian beliau melanjutkan, " Saya
datang ke Jogja, kemudian disini bertemu Ust. Imam Mudjiono dan
teman-teman yang lainnya, jadi saya merasa lebih kecil dari mereka,
ibaratnya saya itu Bulan Purnama, tapi begitu saya sampai di Jogja ada
banyak Matahari yang sudah terbit". Subhanallah, begitu rendah hatinya
beliau dihadapan para yuniornya. Tetap sederhana, tidak ada yang
berubah. Beliau memperlihatkan persiapan tausiyah yang akan beliau
sampaikan, namun beliau kemudian kembali menyimpan lembaran kertas
tesebut, karena beliau merasa dihadapan beliau sudah banyak yang lebih
tahu dan faham dari apa yang akan beliau sampaikan. "Kalau pidato saya
ditulis, justru saya merasa itu bukan pidato saya, terasa aneh kalau
saya pidato menggunakan teks". Beliau lebih enjoy jika berbicara tanpa
teks.
"Kalau kita menendang bola, tapi
bola tidak masuk ke gawang, yang harus dirubah itu gaya tendangan kita
atau kita rubah posisi gawangnya?, Kalau kita main basket, kita melempar
bola ke ring basket, kemudian bola gagal masuk ke ring basket, yang
harus kita rubah cara kita melempar bola, atau kita rubah posisi ring
basketnya?". Kembali beliau mengajak para audiens berfikir atas ungkapan
yang beliau sampaikan. Sebenarnya aku sudah pernah mendengarkan
ungkapan tersebut, karena ungkapan tersebut juga beliau lontarkan saat
acara Kenduri Cinta bulan September kemarin di Taman Ismail Marzuki,
Jakarta. "Yang terjadi di Indonesia adalah, ketika kita gagal memasukkan
bola ke dalam gawang, tapi yang dirubah adalah posisi gawangnya, bukan
gaya kita dalam menendang bola, yang terjadi sekarang adalah memonopoli
sistem yang ada, kalau tidak sesuai target, maka yang dirubah adalah
undang-undangnya. Tapi kita harus tetap optimis dengan Indonesia,
meskipun di Indonesia sekarang ini banyak orang yang tidak baik".
Awesome!!!, perumpamaan yang digunakan beliau terhadap situasi Indonesia
saat ini cukup simpel, namun dalam maknanya.
"Seumur hidup saya, saya sudah
menginjak 5 benua, A-Z, alif ba ta tsa kehidupan saya sudah khatam, jadi
buminya Goerge Bush itu sudah saya kencingi juga", seluruh audiens
langsung tertawa. "Suatu hari, saya didatangi orang yang ingin
mendirikan pondok pesantren, dia menceritakan bahwa sudah ada lahan
wakaf, sudah disetujui leh pejabat setempat, bahkan ikut beserta
rombongan POLRES, DANDIM dan pejabat lainnya, lalu saya sampaikan kepada
dia, Pak, lahan wakaf, persetujuan pejabat itu nomor 3 pak, yang paling
utama dalam mendirikan pondok adalah KEMAUAN, dan kemauan itu lahir
setelah adanya KETERPANGGILAN, seperti halnya ibadah kita, Sholat,
Zakat, derajatnya lebih mulia jika berdasarkan atas KETERPANGGILAN dari
Allah swt, jika sudah ada keterpanggilan, maka akan muncul KEMAUAN,
percuma kalian zakat kalau hanya melihat orang lain telah membayar
zakat, Orang kaya bersedekah itu baik, tapi lebih baik lagi Orang Miskin
bersedekah, bahkan bisa jadi lebih Mulia derajatnya dihadapan Allah
swt". Panca Jiwa adalah salah satu ramuan mujarab maju tidaknya sebuah
pondok. Kemudian beliau menceritakan, dulu beliau pernah dinasehati oleh
Ayah beliau Alm. K.H Ahmad Sahal. " Le', nek koe mengko iso mbayar
zakat, ojo mung 2,5%, tapi mbayaro 10% nek iso 20%, kalau kamu bisa
berzakat, maka bayarlah zakat jangan hanya 2,5%, tapi 10%, bahkan kalau
bisa 10%, sehingga Allah swt merasa berhutang kepadamu". Sejenak aku
berfikir, benar juga, Allah sudah menjanjikan di Al Qur'an, kalau kita
beryukur, maka kenikmatan itu akan ditambahkan. Subhanllah.
Ilmu Tajarrud dan Tadarruj.
"Ilmu Tajarrud adalah teori meninggalkan segala sesuatu yang berhubungan
dengan duniawi, dan Tadarruj adalah proses dari suatu kegiatan yang
akan berakhir pada sebuah tujuan". Ust. Hasan berpesan, janganlah
langsung memaksa dan berharap, agar segera SUKSES, beliau berpesan agar
kita jangan terlalu cepat berekspektasi segera sukses dan berhasil dalam
menjalani sebuah proses untuk menjadi lebih baik. Kemudian aku
mengkorelasikan tafsir Ihdinasshirootol Mustaqiim yang pernah juga
disampaikan oleh Cak Nun di Kenduri Cinta, dalam ayat tersebut, kita
hanya meminta ditunjukkan jalan yang lurus, tidak pernah kita meminta
gol-nya, kita tidak pernah meminta dimana garis finishnya, nikmatilah
prosesnya, kalau kita menikmati prosesnya, hasil itu akan menjadi nomor
dua. Seperti yang kita pelajari di mahfudot, Man Saaro 'alaa-d-darbi
wahola. Barang siapa yang berjalan pada jalannya, maka sampailah ia.
"Ashabul kahfi butuh 309 tahun untuk menuai perubahan hasil dakwah mereka atas kaumnya, Nabi Nuh a.s butuh waktu 900 tahun lebih untuk menikmati hasil dakwahnya, butuh waktu dan proses yang lama". - Kiai Hasan
"Diatas kita hanya Allah swt,
bukan SBY, bukan gubernur, bukan bupati", ketika kita melakukan sesuatu,
maka motivasinya jangan sampai adalah jabatan kita, tapi kita harus
ingat bahwa ada Allah swt diatas kita.
Ditengah tausiyah, Ust. Hasan
menyelipkan sedikit Stand Up Comedy. Beliau menunjuk sisi sebelah kiri
beliau, yaitu tempat duduk alumni Pondok Gontor Putri, kemudian beliau
bertanya, "Saya mau tanya, Bohong itu dosa ya?", serentak dijawab oleh
audiens "Dosaaaaaaaa", kemudian beliau mengajukan sebuah pertanyaan, "
Kalau didepan sebelah kanan sini ada Nikita Willy, Asmirandah, kemudian
disebelah kiri ada Seorang Ustadz, kalian diberi dua pilihan, menuju
nikita willy dan asmirandah untuk minta tanda tangan, atau menuju ke
Ustadz untuk minta sedikit tausiyah atau cuplikan hadits, jawab dengan
Jujur ya!!!??". Seluruh audiens menjadi tertawa, kemudian beliau
melanjutkan, "Sebenarnya kalian yang laki-laki juga sama saja, cuma
kalian lebih beruntung karena tidak saya tanya... hehehehehe".
"Dunia ini sekarang sudah
Lonjong, tugas kita sekarang untuk kembali membuat Dunia ini Bulat".
Kalau boleh aku tafsirkan, bahwa menurut beliau, Dunia sudah jauh dari
fitrahnya, dan kita harus mengembalikan Dunia ini kepada jalurnya,
jangan justru kita ikut-ikutan membuat Dunia semakin melenceng dari
fitrahnya.
"Problem penetapan 1 syawwal itu
adalah masalah HARGA DIRI, bukan masalah hilalnya, bukan masalah
derajat batasan hilal yang menjadi aturannya, tapi HARGA DIRI, dalam
satu kampung kalau kiai-nya hanya 1, maka keadaan kampung tersebut akan
tentram, semua akan sepakat apa yang disampaikan oleh Kiai dalam
menjalankan proses ibadah, tapi jika jumlah kiai semakin banyak, maka
keadaan akan semaikn runyam, masayarakat akan dibuat bingung, ini yang
diinginkan oleh kaum barat, oleh israel, karena yang paling utama yang
tidak mereka inginkan dari umat Islam adalah terwujudnya Ukhuwah
Islamiyah".
"Semakin kedepan, yang saya
takutkan adalah Ulama yang ditinggalkan oleh ummatnya, karena Ulama
sekarang banyak bergelar Ulama Aljaibiyah dengan madzhab pocketisme,
yang mereka fikirkan adalah uang yang masuk kedalam kantongnya, bukan
Ilmu yang harus mereka ajarkan", beliau menutup tausiyah dengan sebuah
pesan, "Jangan sampai kalian menajdi kaki tangan penjajah, sekalipun
dalam keadaan terjepit".
Subhanallah, aku merasa baru
saja di charge oleh Ust. Hasan dengan tausiyah yang sangat membekas,
sangat berkesan. Semoga di lain hari, Allah swt masih memberikan beliau
kesempatan untuk dapat memberi tausiyah kepadaku lagi. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar