Kamis, 09 Agustus 2012

Akhir dari Sebuah Penantian

5 tahun yang lalu, kalo ga salah bulan Juni 2007, hari apa saya lupa. Tapi pada hari itulah hari pertama saya menjejakkan kaki saya di pondok Darussalam, dengan status santri. Banyak suka-duka yang saya rasakan, bayak teman-teman yang menghiasi hari-hari saya, banyak pelajaran yang saya ambil dan terima dari pondok tercinta ini. Sekarang, tepatnya 2 hari yang lalu, 7 Agustus 2012. Saya resmi keluar dari pondok ini dengan status alumni. Tentu saja dengan mengantongi ijazah.


Pada kesempatan kali ini, izinkan saya sedikit merangkum "kisah hidup saya" di postingan kali ini.

TAHUN PERTAMA (2007/2008)

Ini adalah tahun yang paling berbekas di hati  saya. Saya, seorang alumni dari sebuah SMP Negeri, tahu agama ala-kadarnya, ibadah sering bolong, banyak maksiat dan lain sebagainya, mendapat hidayah dari Allah untuk masuk ke pondok. saat teman-teman saya mendengar berita ini, gemparlah kota Tanjungpinang. Karena, terus terang saja, dari seluruh penduduk Tanjungpinang, yang belajar di pondok mungkin kurang dari 1%. Saya yang dari awal sudah yakin saya boro-boro lulus, pasti ga bakal kuat belajar di pondok, ga bakal betah. Tapi ada yang lain yang saya rasakan waktu itu. Ketika shalat subuh di masjid Jami' pondok. Yang pertama kali saya ingat waktu itu adalah kedua orang tua saya. Setelah itu saya ingat semua dosa-dosa saya dulu. Terakhir saya mikir, kapan kematian akan datang. setelah itu, untuk pertama kalinya dalam hidup saya, saya menangis. Betul-betul menangis saat shalat. Akhirnya saya bulatkan tekad saya, saya akan bersungguh-sungguh di pondok ini, walaupun saingan saya kebanyakan adalah alumni pondok. Maka, mulai hari itu, saya belajar di pondok dengan sungguh-sungguh. Tak terasa, hari pengumuman hasil ujian penerimaan siswa baru tiba, saya lulus ga ya?, batin saya sambil mendengar nama-nama santri yang diterima yang dibacakan di lapangan. "Nomor 898, Ananda Zulfian W Alwihkan", Alhamdulillah saya lulus! Maka mulailah setahun yang panjang beradaptasi dari kehidupan diluar pondok menjadi hidup didalam pondok. Dan ajaibnya saya bisa masuk ke kelas teratas se-angkatan. Mengalahkan alumni-alumni pondok. Juga sempat menjadi pengibar bendera pondok, dan diajak bergabung dengan klub bola, DJ (Darma Jaya). Alhamdulillah.


TAHUN KEDUA (2008/2009)

Di tahun ini, saya masih menempati kelas teratas se-angkatan. Yang istimewa dari tahun ini adalah saat saya diangkat menjadi asisten DCC (Darussalam Computer Center). Disinilah saya belajar gimana caranya ngetik, kesekretariatan, juga design graphic (walaupun masih gitu-gitu aja). Walhasil, saya menjadi sekretaris dimana-mana; rayon, konsulat, bahkan kelas. Oh ya, di tahun ini saya sempat 3 kali masuk ke klub olahraga; Darma Jaya (bola kaki), Darussalam Table Tennis Club (DTTC), Atomic (Futsal). Terakhir saya menjadi Panitia Perpulangan Akhir Tahun Konsulat Riau sebagai sekretaris, lagi.


TAHUN KETIGA (2009/2010)

Ini adalah tahun yang terberat tapi juga mengasyikkan dalam kehidupan saya di pondok. Di tahun ini saya menjadi pengurus rayon. Dan asal anda tahu, satu rayon itu berjumlah 120 orang lebih! Dan harus diurus selama 24 jam sehari, 7 hari seminggu, selama 6 bulan! Mulai dari sehatnya sampai sakitnya, belajarnya sampai tidurnya, makannya sampai minumnya, semuanya! Bisa dikatakan, sangat-amat memusingkan. Tapi Alhamdulillah 6 bulan terlewati. Dan selanjutnya, berakit-rakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Selanjutnya saya dipindahkan menjadi pengurus DCC, yang berarti hidup bahagia-tidur nyenyak-makan tenang. Bayangkan, selama 24 jam sehari, 7 hari seminggu, selama 4 bulan (pasti pada ngirain 6 bulan kan? 2 bulannya lagi ujian sama liburan ding!) saya bisa mengaktifkan komputer sesuka saya, dengan fasilitas internet tentunya. Pada tahun inilah saya mulai kenal blog dan senang mengetik (bukan menulis, saya susah kalau menulis). Sempat terasa sedih mengingat saya tahun itu ber-lebaran di pondok. Tapi senang juga sempat melaksanakan ibadah umroh kala itu. Di akhir, ada yudisium kelas 5. Di yudisium ini, saya bisa saja naik, naik tapi dipindahkan ke pondok cabang, atau tidak naik. Alhamdullillah saya naik dan tetap di pondok ini. Oh iya, saya masih duduk di kelas teratas loh tahun ini!

TAHUN KEEMPAT (2010/2011)

Ibaratnya naik pohon kelapa, saat inilah saya berada di puncaknya. Tinggal memetik buahnya tapi kadang, angin yang bertiup melemparkan saya kesana kemari. Di tahun ini saya menjadi bagian Fotografi. Saya lagi-lagi duduk di kelas teratas (ga bosan ya?). Saya berkecimpung dibanyak kepanitiaan sebagai Fotografer maupun Jurnalis. Di saat sibuk-sibuknya itulah saya sering mendapat kesempatan untuk keluar dari pondok, tapi tanpa izin. Bahasa gaulnya, kabur. Saya sempat 1 kali kabur ke Surabaya dan 4 kali kabur ke Madiun. Pada kabur yang terakhir itulah, nasib apes  menimpa saya. Saya ketahuan. Untuk pertama kalinya saya sadar, betapa berharganya kesempatan belajar dipondok. Dan itu baru saya sadari disaat saya diambang keputusan Pengasuh. Diskors, atau dimaafkan. Ternyata saya masih diberi kesempatan. Saya akhirnya dibotak, dan dikenakan hukuman pemanggilan orangtua. Setelah itu saya tobat, dan serius belajar menjelang ujian akhir. Di bulan Ramadhan, sama seperti ketika kelas 5, ada yudisium kelas 6. Untuk menentukan dimana kami akan mengabdi selama setahun. Bisa saja di pondok ini, bisa juga di cabang, bisa pula alumni. Alhamdulillah saya mengabdi di cabang, Darul Muttaqien.


TAHUN KELIMA (2011/2012)

Kalau ini saya sudah cerita, liat aja di postingan-postingan sebelumnya.

***

Hidup ini adalah penantian. Kemarin, saya menanti ijazah saya selama 4 hari di pondok. Kini, penantian saya berakhir, dan saya akan memulai penantian yang baru. Sama seperti hidup, yang sebenarnya hanyalah penantian kematian. Seperti itulah apa yang kita lakukan. Ada dari kita yang menanti kelulusan, kuliah, kerja, menikah, anak, dan lain sebagainya. Satu hal, tidak penting bagaimana ujung dari penantian nanti, kita bisa saja sukses, bisa saja gagal. Yang penting adalah apa yang kita lakukan selama penantian ini. Apakah kita hanya menunggu pasif, atau aktif. Karena hidup, bukan hanya sekedar menunggu mati.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar