Senin, 30 Juli 2012

Elegi Seorang Pengajar - 3

"ingat akhi, kenangan yang haqiqi bukan pada sebuah foto, video, ataupun file-file yang ada di flashdisk. Kenangan yang haqiqi ada disini *nunjuk ke dada*. Foto bisa sobek, video bisa rusak, bahkan file pun bisa hilang. Tapi kenangan yang ada di hati kita masing-masing akan selalu ada, sampai kapanpun"
Zulfian, pembukaan semeter kedua

Setahun. Genap setahun sudah masa yang saya lalui bersama anak-anak didik saya, kelas 2B. Banyak canda dan tawa, banyak tangis dan air mata, begitu banyak kenangan yang terukir begitu dalam di hati ini.


Teringat rutinitas harian yang saya lakukan dulu, pagi, setelah shalat subuh dan baca Qur'an saya akan duduk di depan kamar sambil membawa segelas susu hangat sambil memperhatikan mereka belajar, kemudian membacakan absen belajar pagi. Dan hampir setiap hari saya harus mengajar kelas 2B untuk pelajaran Muthola'ah dan Insya'. Setelah Ashar, biasanya ada beberapa anakyang datang untuk menyetorkan hafalan Juz Amma. Setelah Maghrib, datang lagi beberapa anak untuk membaca Al-Qur'an bersama. Malam, kembali saya berkewajian menemani mereka belajar. Bahkan setelah absen malampun saya tetap harus menemani mereka belajar malam kemudian membaca absen malam. Itu belum termasuk kasus beberapa anak yang datang meminjam uang, meminjam handphone, ingin konsultasi, dan lain sebagainya.

Jumat, 27 Juli 2012

Agen Kejahatan (part-2)


Setelah menghabiskan satu minggu di Malaysia dengan penuh kekhawatiran, saya kembali lagi ke bumi pondok tercinta Darul Muttaqien hari Kamis, tanggal 19 Juli melalu penerbangan Kuala Lumpur - Bali yang langsung dilanjutkan nyebrang ke tanah Jawa. Saya sampai di ponitudok jam 2 malam dengan badan remuk dan perasaan was-was.

Sebelumnya saya sempat diceritakan duduk permaslahannya oleh teman saya, Renaldi melalu telepon. Tiket kami tidak ada. Dan ketika dikonfirmasi ke pihak agen, kami dituduh belum melunasi pembayaran sembari menunjukkan surat pernyataan bermaterai yang sempat kami tanda tangani dengan buru-buru sebelum kami berangkat. Intinya, kami ditipu. Shit!

Kamis, 26 Juli 2012

Lupa, Lupalupalupa~


Manusia, sebenarnya berasal dari bahasa arab yang berarti man nasiya (yang lupa).

Hakikatnya, manusia adalah makhluk yang sering lupa atu lalai. Lupa janji, lupa kerjaan, lupa tugas, bahkan lupa mandi *hayo siapa ini?*.  Dalam masalah duniawi, lupa bisa berakibat fatal, hilangnya pekerjaan, kesempatan, bahkan rezeki.


Dalam masalah ibadah, orang yang lupa tidak bisa ditimpakan atasnya hukuman. Tapi ini, tentu saja dengan menilik sisi-sisi dari lupa tersebut, apakah lupa itu benar-benar lupa, atau "dilupa-lupakan". Hal ini berdasarkan hadi Rasulullah SAW:

Selasa, 24 Juli 2012

Potret Kelam Seorang Idola


Nazriel Irham a.k.a Ariel. Siapa yang tidak kenal? Vokalis dari band asal Bandung, Peterpan ini meroket namanya dengan album Bintang di Surga. Tak ada yang tak kenal dengan Ariel. Bahkan hingga saat ini, lagu Ada Apa Denganmu masih dinikmati oleh banyak kalangan. Suara yang khas, tampang yang masuk kategori "ganteng", popularitas yang tak tertandingi, membuatnya menjadi idola seluruh umat, terutama kaum hawa. Seluruhnya terkemas begitu sempurna hingga akhirnya terkuak video porno yang direkam oleh Ariel bersama rekan-rekan artis lain pada tahun 2010. Yang terendus (emangnya tulang diendus) memang hanya dua orang, tapi yang tidak terendus bisa jadi lebih banyak dua kali lipat.

Hukum akhirnya berbicara, memutuskan bahwa Ariel harus dihukum penjara selama 2 tahun. Ribuan lidah protes, jutaan mata menangis, milyaran manusia menolak kenyataan. Tapi palu telah berayun, Ariel pun masuk penjara.

Sahabat

Kalau aku memang sahabatmu...
Kenapa tak kamu izinkan aku membantumu?
Atau setidaknya mengurangi bebanmu?
Takutkah kamu apabila kisah kita terulang kembali?


Senin, 23 Juli 2012

Agen Kejahatan (part-1)

Kisah ini bermula 2 bulan yang lalu, dimana saat itu saya dan teman saya selaku pembimbing Konsulat Riau (organisasi untuk santri-santri yang berasal dari daerah Riau dan sekitarnya) mulai befikir untuk mengurus perpulangan konsulat ini. Sudah menjadi kewajiban kami sebagai guru, untuk menjadi pembimbing konsulat *cie...*. Mungkin kedengarannya keren, pembimbing, tapi pekerjaannya berbanding lurus dengan kebesaran namanya.

Menjadi pembimbing konsulat berarti kami harus siap untuk membimbing, mengurus, mengatur, konsulat ini. Asal anda tau saja, konsulat ini isinya 150 orang! Bahkan kalau di pondok pusat, jumlahnya bisa meledak sampai 300 orang! WOW! Kami harus mau mendengar, mengomentari, mengambil keputusan, bahkan memarahi anggota konsulat yang bersalah. Tapi, itu semua tidaklah seberapa dibandingkan apa yang harus kami kerjakan di ujung pengabdian kami. Karena tugas berat memang selalu menunggu kami diujung perjalanan kami: Mengurus perpulangan anggota konsulat ke rumah masing-masing sebelum liburan.


Setelah permusyawarahan panjang, akhirnya dipastikan bahwa konsulat Riau yang akan pulang bersama adalah 20 orang (Dari 150 orang hanya 20 orang yang ikut?? mengejutkan bukan??). Hal ini disebabkan dari 150 orang santri tidak semuanya berdekatan dengan Riau. Ada yang lebih dekat dengan Medan, Aceh, ataupun Padang. Maka saya dan teman saya, RENALDI mulai petualangan untuk mencari sarana dan prasarana perpulangan.