Siang imi, dua orang kakak-beradik sedang bertengkar ketika melihat masjid:
"Tengok tu, azan!"
"Bukaan, muazin!'
"Azaaan!!"
"Muaziiin!!"
"Itu namanya masjid, sayang. Rumah Allah, tempat kite shalat", akhirnya sang ibu melerai mereka.
"Oooh, masjid yee", sahut keduanya.
***
Siang itu, aku sedang berada di dalam bus menuju stasiun LRT Taman Melati. Aku pergi menemani ayahku berbelanja membeli-belah oleh-oleh untuk dibawa pulang ke Tanjungpinang. Selama perjalanan, aku lebih banyak melamun, menikmati megah gedung demi gedung di Kuala Lumpur ini. Hingga akhirnya aku agak terganggu oleh pertengkaran dua kakak-beradik tadi. Awalnya, aku berniat untuk mengacuhkan mereka. Tapi, sesaat kemudian, aku tertegun mendengar perkataan sang ibu kepada dua anaknya tadi. Seketika rasa kesalku menguap, dan perlahan aku berfikir; Seandainya sang ibu tadi tidak ada, bukankah kedua anak ini akan tumbuh menjadi remaja dan tidak mengenal kata "masjid"?.
Mungkin terkesan sederhana, sang ibu hanya membetulkan kesalahan anaknya dan memberi tahu mereka bahwa bangunan itu, tempat kita beribadah itu disebut masjid; bukan azan maupun muazin. Itu berarti, ibu adalah orang pertama yg mengajarkan mereka kata "masjid" dan apa itu masjid. Simple. Tapis setelah kita mengerti peran sang ibu disini, kita akan sadar dan mengerti, terlalu banyak yg telah ibu ajarkan kepada kta; anak-anaknya yg tercinta ini. Bukan hanya bahasa, mereka membimbing anaknya beribadah, menanamkan dalam dirinya moral dan akhlak, membentuk pola fikir dan mentalnya, juga memperkaya wawasan dan pengetahuannya. Sungguh betapa besar jasa setiap ibu yg melahirkan setiap kita.
Yg telah tersebut di atas hanya sedikit dari jasa sang ibu, ada sisi lain yg tak kan mampu kita pungkiri besarnya peran ibu disana; cinta dan kasih sayang. Bayangkan mereka mengandung anaknya selama 9 bulan, menjaganya yg masih kecil, menasehatinya ketika bersalah, membimbingnya ketika tersesat, merawatnya ketika sakit, mendoakannya di setiap malamnya. Tak henti-hentinya kasih dan sayang mereka tercurah untuk sang anak. Bahkan ketika kita sebagai anaknya tumbuh dewasa, kita lupa dengannya, sibuk mengurus keluarga yg baru dengan pasangan kita, ketahuilah, mereka tak pernah berhenti mencintai anaknya. Mereka tak berharap anak-anaknya akan membalas budi baiknya dulu, yg kalau mereka mau menyebutkannya satu persatu tak kan ada lagi air mata yg tersisa di mata sang anak menyadari itu semua. Mereka hanya ingin sang anak bahagia, mereka ingin sang anak bisa hidup lebih sejahtera daripada mereka. Sadarkah selama ini kita sebagai anak telah banyak menyakiti makhluk yg Allah ciptakan untuk menjaga, merawat, membiming dan menemani kita?
Mungkin, saat ini kita tak terlalu menyadari betapa bahagianya memiliki seorang ibu. Marilah sejenak kita lemparkan jauh pandangan kita ke teman, saudara, mereka yg ibunya tak lagi berada di sisinya. Dekati mereka, dan tanyakan, apa arti ibu baginya? Kita yg masih bisa melihat ibu kita mungkin tak tau apa arti ibu bagi kita. Tapi mereka yg kehilangan tahu, kehilangan selalu mengajarkan manusia betapa berharganya memiliki.
Bersyukurlah jika kita masih memiliki ibu. Kembalilah, sapalah ia, gengam tangannya, peluk erat tubuhnya, dan katakan, "terima kasih, ibu".
Selamat Hari Ibu,
Didedikasikan untuk seluruh perempuan di dunia ini, yg telah atau akan dipanggil ibu. Kalian adalah penyinar hidup ini. Terima kasih :')
Tidak ada komentar:
Posting Komentar