Sekilas kalimat ini terdengar asing di telinga kita,
khususnya orang awam yg tak pernah merasakan kejamnya belajar bahasa
Arab. Tajdiidun Niyyah artinya “pembaharuan niat”. Sebelumnya saya akn
mencoba menjelaskan sedikit tentang niat, setelah itu masuk ke “pembaharuan”
tadi. Bismillah.
Dalam Islam (dan saya yakin di agama lain juga begitu), niat
memiliki peran penting dalam setiap perbuatan manusia. Karena hampir semua
pekerjaan manusia diawali dengan niat. Niat menentukan apa balasan yg akan
didapat dari pekerjaan tersebut (walaupun pekerjaan tersebut baru mendapat
balasan; entah itu baik atau buruk, setelah benar-benar dikerjakan). Khalifah
Umar RA. pernah berkata, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah SAW. bersabda:
إِنَّمَا الأعْمَالُ بِالنّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ
مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى
اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ
يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ - متفق عليه
Artinya: Sesungguhnya setiap pekerjaan itu dengan niat,
dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan apa-apa dari yg diniatkannya. Barang
siapa yang berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya sampai kepada
Allah dan Rasul-nya. Barang siapa yang berhijrah karena dunia yang diingininya
atau perempuan yang dinikahininya, maka hijrahnya sampai kepada apa yg diniatkan
untuk berhijrah kepadanya.