Saya sendiri masih bingung dengan jalan hidup saya. Kemana saya akan kuliah? Ke Malaysia? Kenapa? Jurusan apa? Mau jadi apa? Nanti mau ngapain? Hadeeh -_-
Berapa banyak orang yang bercita-cita menjadi presiden malah menjadi dosen? berapa banyak orang yang ingin menjadi guru berakhir menjadi tukang sapu? berapa banyak orang yang berharap menjadi cendikiawan malah berprofesi sebagai loper koran? atau kembali ke contoh tadi; kita bercita-cita menjadi pengusaha sukses, tapi malah rugi, berharap untung malah buntung, boro-boro punya rumah real estate, punya kapal pesiar, bisa bikin pabrik pribadi, ujung-ujungnya gulung tikar, alias bangkrut.
Jadi siapa yang menentukan jalan kita??
Saya teringat hari-hari pengabdian saya selama di Banyuwangi. Beberapa kali saya harus menempuh perjalanan Banyuwangi-Ponorogo-Banyuwangi untuk tugas pondok. Untuk informasi, kalau anda perhatikan jarak antara Banyuwangi-Ponorogo di peta, tidaklah jauh. Bahkan bisa dikatakan dekat karena masih sama-sama Jawa Timur. Tapi, faktanya, anda membutuhkan 11 jam melalui jalur darat JIKA lancar, jika tidak, lama perjalanannya bisa bervariasi, standarnya adala 14 jam. Tapi kalau anda sedang sial, maka anda membutuhkan 15 hingga 16 jam! Cukup untuk membuat tulang-tulang anda "mati-fungsi" selama 2 hari. Terhitung saya pernah bolak-balik seperti ini hampir 3 atau 4 kali.
Rutenya; Banyuwangi-Jember-Surabaya-Madiun-Ponorogo. Mungkin sebagian dari kita bisa memprediksi berapa lama waktu yang dibutuhkan dari satu kota ke kota yang lain, tapi sekali lagi, faktanya kita tidak bisa tahu pasti berapa waktu yang akan dibutuhkan dan APA yang akan kita temui di jalanan nanti.
Banyuwangi-Jember memang hanya 2 jam, tapi saya pernah naik bis yang ternyata butuh 3 jam lebih, karena saya salah memilih bis, saya mengambil bis kecil yang selalu ngetem dimana-mana . Begitu juga Jember-Surabaya yang diperkirakan hanya membutuhkan waktu 5 jam, ternyata saya pernah tempuh hanya dalam 3 jam lebih sedikit, karena memang sopirnya waktu itu benar-benar "gila".
Kita juga tak pernah tahu bagaimana jalan yang akan kita tempuh, kadang jalannya mulus dan rata, kadang bergelombang dan berlubang, kadang lurus, kadang berkelok-kelok, tak jarang pula jalan yang ditempuh harus melewati kawasan bebas aspal, tanah. Bahkan kadang jalan yang sudah kita ketahui lurus dan mulus, ternyata macet total. Sebaliknya jalan yang berkelok-kelok mulus dan landai karena sedang sepi.
Hal ini belum ditambah apa yang kita terima selama di perjalanan kita; lapar, capek, lelah, juga "ketidak-amanan". Saya dan teman-teman pernah berkunjung ke Bromo. Di perjalanan pulang kami menaiki bus menuju Banyuwangi melewati kota Jember. Kota Jember memang sudah banyak diketahui orang dengan ketidak-amanannya. Malangnya, karena kami seluruhnya kelelahan sehabis mendaki gunung, kami pun ketiduran. Dan walhasil, kami turun dari bus dengan kehilangan satu buah Handphone.
Kita tak pernah tahu apa yang akan kita lalui dalam perjalanan Banyuwangi-Ponorogo, sama seperti kita yang tak kan pernah tahu apa yang akan kita lalui dalam perjalanan hidup kita ini. Ada kalanya jalannya lurus, kadang berkelok, kadang mulus, kadang berlubang, kadang lancar, kadang macet, kadang aman, kadang kecopetan. Sama dengan hidup ada senang dan susah, tawa dan duka, sukses dan gagal, kita tak pernah tahu, walaupun sesempurna apapun jalan yang kita rencanakan.
Karena Allah-lah yang sebenarnya menentukan jalan hidup kita.
Manusia bisa berusaha, tapi tetaplah Allah yang menentukan. Yakinlah, apa yang Allah tentukan untuk kita adalah "yang terbaik" untuk kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar