Hakikatnya, manusia adalah makhluk yang sering lupa atu lalai. Lupa janji, lupa kerjaan, lupa tugas, bahkan lupa mandi *hayo siapa ini?*. Dalam masalah duniawi, lupa bisa berakibat fatal, hilangnya pekerjaan, kesempatan, bahkan rezeki.
Dalam masalah ibadah, orang yang lupa tidak bisa ditimpakan atasnya hukuman. Tapi ini, tentu saja dengan menilik sisi-sisi dari lupa tersebut, apakah lupa itu benar-benar lupa, atau "dilupa-lupakan". Hal ini berdasarkan hadi Rasulullah SAW:
رفع القلم عن ثلاثة عن النائم حتى يستيقظ، وعن الصبي حتى يبلغ، وعن المجنون حتى يعقل رواه الإمام أحمد في مسند
ِTelah diangkat perkataan (hukum) dari tiga perkara: orang yang tidur hingga dia bangun, anak anak hingga dia itu baligh, dan orang gila hingga dia sembuh dari gilanya. (HR. Imam Ahmad)
Dijelaskan bahwa, tidak dikenakan dosa orang yang tidak mengerjakan kewajiban apabila dalam 3 kondisi diatas. Jika kita lakukan qias (perbandingan), maka poin dari ketiga keadaan tersebut sama, yaitu "tidak sadar". Maka keadaan lupa dapat termasuk bagian dari hadis ini.
Orang yang benar-benar lupa atau lalai, karena disebabkan oleh berbagai perkara, tidaklah berdosa apabila ia meninggalkan suatu ibadah, misalnya shalat, tentunya dengan catatan begitu ia sadar ia harus segera menunaikan shalatnya.
Mungkin lupa identik dengan musibah ataupun masalah. Tapi tak selamanya lupa berarti musibah, kadang lupa berarti rezeki.
Kemarin malam saya melakukan kegiatan seperti biasa: tarawih, nelpon, nonto OVJ, kemudian nonton film. Seingat saya, terakhir saya melihat jam adalah pukul 01.30. Setelah itu saya tak ingat apa-apa lagi. Setelah itu saya terbangun dan melihat jam ditangan saya pukul 04.43. kok masih ada suara ngaji ya? perasaan azan jam 04. 25, fikir saya.
Memang saat itu saya mendengar suara ngaji seperti yang biasa diputar sebelum azan. Saya sempat bertanya kepada teman saya, "udah makan, Nik?". "Belon", jawabnya dengan logat jakarte sambil tertawa. Saya bergegas ke belakang kamar mencari dispenser. Tanpa pikir panjang saya mengambil gelas dan minum segelas air. Glek. Nikmat tiada tara. Setelah itu saya kembali ke tuang tengah dan melihat teman saya sedang berbaring santai diatas kasur. Terjadilah percakapan,
"ngga makan din?", tanyaku memulai.
"makan apaan? nasi putih?", jawabnya.
"lah emangnya di dapur ngga ada?"
"iya ada nasi putihnya doang"
"ngga dianterin ya?"
"dari jam 3 sampe azan ana tungguin juga ngga dateng-dateng"
"loh? emangnya udah azan ya?", aku mulai bingung.
"udah dari tadi"
"yang bener? barusan ana minum air dibelakang"
"yaudah, rezeki ente berarti"
Setelah itu saya tetap berpuasa karena waktu itu saya benar-benar lupa dan tidak sadar.
Lupa tidak harus berarti musibah kan?
***
الحمد لله
Tidak ada komentar:
Posting Komentar