13 Agustus 2011, 20:05
Pesawat tiba dari Jakarta mendarat dengan selamat di Tanjungpinang, Kota Gurindam. Ketika keluar dari pesawat saya melihat bangunan seperti perumahan memanjang, yang akhirnya terpaksa saya yakini inilah bandara Raja Haji Fisabilillah, Tanjungpinang. Saya tertawa pahit. Saya sudah merasakan bandara di Jakarta, Semarang, Solo, Jogja, Batam, bahkan Riyadh dan Jeddah. Dalam pikiran saya, yang namanya bandara itu bangunannya besar, luas, bertingkat, ramai, mewah, juga berkelas. Sampai bandara di Jogjapun yang terhitung kecil masih bisa dimasukkan ke kategoti diatas.Tapi Tanjungpinang? Bandaranya kecil, cuma 1 tingkat, sepi, gelap, sekitarnya hutan. Haha... Tapi, bagaimanapun juga inilah Tanjungpinang. Walaupun penerbangan hariannya cuma 2 kali (Tanjungpinang-Jakarta dan Jakarta-Tanjungpinang), saya harus tetap bersyukur. Mungkin dari bandara ini 5 tahun lagi Tanjungpinang sudah punya bandara internasional. Who knows?. Apalagi mengingat Tanjungpinang sedang dalam masa pembangunan. Semoga pembangunan Tanjungpinang ini dapat direalisasikan dengan baik tanpa adanya "permainan-permainan" yang tidak perlu dibalik aktor-aktornya.
14 Agustus 2011, pagi hari...
Setelah sahur saya sempatkan buka fb, sekaligus memperbaiki identitas fb saya yang rusak total demi menyelamatkan karir saya di pondok tahun lalu. Setelah mondar-mandir sekian lama, saya menemukan banyak pemuda-pemudi Tanjungpinang yang menghabiskan waktu berjam-jam untuk fb. Mungkin masih bisa dimaklumi kalau untuk kerjaan, atau cari kabar berita. Tapi, yang saya temukan mereka kebanyakan menghabiskan waktu di fb hanya untuk berkomentar, "panasnya woi" atau "belanja di mall" atau yang lebih parah, "Woahm... Ngantuk". Inilah potret muda-mudi Tanjungpinang sekarang. Setiap kerjaan harus masuk ke fb. Bayangkan mulai dari bangun tidur sampai ketiduran ditulis di fb. Kalau anda-anda sekalian melirik ke warnet, anda akan menemukan warnet penuh dengan anak muda. Seringkali di bulan yang suci ini, mereka tidak berpuasa. Makan, minum, dan merokok tentunya. Saya yakin ini terjadi tidak hanya di Tanjungpinang, tapi di seluruh Indonesia. Betul?
14 Agustus 2011, sehabis berbuka...
Kalau anda ke tepi laut saat berbuka, apa yang akan anda temukan? Yang pasti muda-mudi. Berombong-rombongan mengadakan berbuka puasa bersama teman-teman. Saya tidak katakan hal ini buruk. Tapi, coba bandingkan dengan muda-mudi yang berbuka di masjid. Jika anda berbuka di masjid, anda akan menemukan 3 manusia pastinya, muazin dan imam yang merangkap sebagai ta'mir masjid, dan satu lagi anda sendiri(kan anda ikut berbuka juga, atau anda bukan manusia? Who knows?). Padahal dulu saya masih SMP banyak remaja yang meramaikan masjid, buka bersama bersih-bersih masjid. Tapi sekarang? Tinggal generasi sepuh yang setia menunggui masjid.
14 Agustus 2011, waktu tarawih...
Ini yang paling parah. Disaat orang tua sibuk beribadah, shalat tarawih di masjid, mendengarkan ceramah, para remaja dapat temukan di 3 tempat: warnet, pasar malam dan tempat nongkrong seperti tepi laut. Di bawahnya sedikit, anak-anak ABG sibuk bergaya dengan pakaian, HP, rokok, demi menarik perhatian lawan jenisnya walaupun di belakang masjid. Golongan anak kecil memang di masjid, tapi bukannya khusyuk shalat, mereka malah gaduh berkejaran dengan teman-temannya. Tertawa, teriak, bergumul, bahkan tidak jarang berakhir dengan perkelahian. Ketika salam langsung memasang posisi tasyahud akhir. Seolah-olah mengikuti shalat dengan khusyuk. Selepas tarawih, masjid langsung menjadi sepi, seolah tak tersentuh. Jarang ada yang mau repot-repot tadarus. Semuanya sibuk dengan urusan sendiri-sendiri. Belanja, makan, warnet, jalan-jalan dan lain sebagainya. Sering saya bertanya, "ini Ramadhan ya?".
17 Agustus 2011, selepas tarawih...
Inilah keadaan Tanjungpinang, kota Gurindam. Kota saya tercinta. Mana ya ramadhan dulu? Yang berbuka di masjid, ngerapiin masjid buat tarawih, tadarus bareng, tidur di masjid , walaupun ga tidur tapi malah kejar-kejaran pakai mukena kayak hantu (pernah sekali kejadian ada orang pakai motor yang ngelihat "hantu mukena" itu datang dari arah Utara, dan langsung balik belakang sambil racing dengan gaya motorcross. Untungnya tidak jatuh), sahur di masjid, teriak-teriak sahur pakai mikropon masjid, keliling bangunin sahur, paginya main bola, sampai nanti takbiran. Sayapun seperti itu dulu. Walaupun kadang ada nakalnya, sering jalan-jalan kemana-mana, main mercon, tapi alhamdulillah masih ada nilai positifnya. Mungkin ini efek pembangunan kota. Sering kali pembangunan kota berbanding terbalik dengan pembangunan akhlak dan mental pemuda. Pealan-pelan Tanjungpinang mulai meniru Batam, bahkan Jakarta. Dan saya yakin 101 % ini tidak hanya di Tanjungpinang tapi di seluruh Indonesia. Bahkan DUNIA.
***
Hari ini, hari kemerdekaan Indonesia. Hari dimana bendera merah putih berkibar dengan gagahnya. Semoga dengan semangat proklamasi ini, Tanjungpinang tak hanya fokus dengan pembangunan kota, tapi juga dengan pembangunan mental. Merdeka!
Gabung komunitas bloger disini yuk
BalasHapusKomunitas Blogerk