Mungkin memang sedang jadi trending topic, atau memang umur yang memaksa, atau hasrat yg terlalu berlebihan, disana-sini selalu saja obrolan tentang 'nikah' bergaung dari mulut ke mulut. Liburan kemarin, di jogja ngomongin nikah sama Yayak, di Banyuwangi sama Kindy, di Batam sama Himawan, di rumah sama Nora, dan disini (kampus IIUM) lebih sering lagi itu tersiar. Agak ngenes mungkin terdengarnya, seolah-olah saya udah tuaaa banget dan harus ada yg nemenin. Segala sesuatu kadang berkait dengan perkara satu itu sekarang. Misalnya, waktu packing baju yg berantakan, ada temen yg nyeletuk, "memang sepertinya perlu seorang istri buat packing ni". Pas jadwal kuliah mulai kacau gara-gara kesibukan lain, temen lain bakal bilang, "masak perlu istri buat ngatur jadwal kamu?". Ngeliat saya kurus, dibilang, "makanya nikah, biar ada yg masakin makanan". Pas saya kesasar, "butuh istri buat menunjukkan jalan". Saya heran sebenarnya. Jangan-jangan nanti suatu saat saya ujian dan lupa belajar, dosen saya bakal ngomong, "kamu perlu istri buat bacain pelajaran kamu setiap malam". Atau pas lagi ada tugas dan saya lupa buat, "kamu perlu istri buat kerjain tugas kamu". Oke, ini kelewatan, istri ga seharusnya dibebani dengan tugas suami, tapi saling bantu dan topang-menopang meringankan beban keduanya, karena kita saling melengkapi *eaak*. Anyway, suatu hal yg patut disyukuri, dimana mindset saya dan teman-teman tidak lagi berpikir untuk 'pacaran', tapi 'menikah'. Alhamdulillah.
One and His Story
a labile typing, million random thoughts
Jumat, 20 Februari 2015
Everything is about, love!
Mungkin memang sedang jadi trending topic, atau memang umur yang memaksa, atau hasrat yg terlalu berlebihan, disana-sini selalu saja obrolan tentang 'nikah' bergaung dari mulut ke mulut. Liburan kemarin, di jogja ngomongin nikah sama Yayak, di Banyuwangi sama Kindy, di Batam sama Himawan, di rumah sama Nora, dan disini (kampus IIUM) lebih sering lagi itu tersiar. Agak ngenes mungkin terdengarnya, seolah-olah saya udah tuaaa banget dan harus ada yg nemenin. Segala sesuatu kadang berkait dengan perkara satu itu sekarang. Misalnya, waktu packing baju yg berantakan, ada temen yg nyeletuk, "memang sepertinya perlu seorang istri buat packing ni". Pas jadwal kuliah mulai kacau gara-gara kesibukan lain, temen lain bakal bilang, "masak perlu istri buat ngatur jadwal kamu?". Ngeliat saya kurus, dibilang, "makanya nikah, biar ada yg masakin makanan". Pas saya kesasar, "butuh istri buat menunjukkan jalan". Saya heran sebenarnya. Jangan-jangan nanti suatu saat saya ujian dan lupa belajar, dosen saya bakal ngomong, "kamu perlu istri buat bacain pelajaran kamu setiap malam". Atau pas lagi ada tugas dan saya lupa buat, "kamu perlu istri buat kerjain tugas kamu". Oke, ini kelewatan, istri ga seharusnya dibebani dengan tugas suami, tapi saling bantu dan topang-menopang meringankan beban keduanya, karena kita saling melengkapi *eaak*. Anyway, suatu hal yg patut disyukuri, dimana mindset saya dan teman-teman tidak lagi berpikir untuk 'pacaran', tapi 'menikah'. Alhamdulillah.
Kamis, 20 November 2014
Aim High!
Sabtu, 27 September 2014
Malacca, I'm in Love!
Kamis, 25 September 2014
Risalat Hujan
Duhai engkau, bidadari hatiku, permaisuri kehidupanku. Mungkin engkau telah terlelap malam ini dengan semua mimpi indahmu. Tidur dalam senyuman seorang perempuan yg tangguh menghadapi hidup, senyum seorang perempuan yg taat dan patuh kepada ibu bapanya, senyum seorang perempuan yg bermimpi untuk mencapai akhirat dan dunianya bersama lelaki pilihan hatinya. Dimana engkau sekarang? Tak lelahkah kau bersembunyi dari takdirku?
Duhai engkau, mimpi yg selalu ku nanti, cerita yg masih berupa misteri. Aku merindumu dalam ketidaktahuanku, siapa dirimu? Mungkinkah aku telah mengenalmu saat ini? Atau mungkin Allah belum menggariskan dua insan ini untuk bersimpangan di satu titik? Aku tak tahu, hanya Allah yg tahu. Kita adalah dua pribadi yg terpisahkan oleh waktu, tapi selalu bersama dalam getir do'aku, dalam hening sujudku.
Duhai engkau, bagian dari surga yg Allah janjikan padaku, yg (insyaallah) Allah berikan kepadaku sedari dunia ini hingga kelak akhirat nanti. Kadang aku berdo'a agar Allah percepat sang waktu agar aku segera bersama denganmu, kadang pula aku berdo'a agar Allah cukupkan kesabaranku menunggu waktu itu datang. Tapi, pernah terpikir di kepalaku, pantaskah aku bersamamu? Aku hanya seorang lelaki yg berkekurangan; harta, ilmu, maupun iman. Mungkin karena itu Allah tangguhkan "waktu itu", agar aku bisa memperbaiki diri. Tenanglah, tenanglah sayang. Ketika waktu itu datang, Allah akan sampaikan perasaan "klik" bahwa waktunya telah tepat, dan saat itu, aku akan siap bersamamu. Percayalah kasih, aku lah orang yg paling berharap agar waktu itu segera datang, dan kita segera bersama.
Aku adalah langit, dan kamulah sang bumi; selamanya kita bermimpi untuk bersama, selamanya pula kita terpisah. Tapi akan ada waktu untuk kita bersatu, saling berpegangan dan berpelukan, sayang. Seperti sore ini, kala hujan, dan kita terhubung oleh rintik demi rintik cinta-Nya.
Yg merindukanmu dalam ketidaktahuan,
Calon pendampingmu
Minggu, 24 Agustus 2014
Perpisahan
"HAL YANG PALING TIDAK DISUKAI?"
Sejujurnya, aku tak pernah yakin dengan apa yang aku tulis dari permintaan ini. Kadang aku menulis, "dibohongi" , kadang pula aku menulis, "rokok", atau "sakit hati", dan lain sebagainya sesuai dengan alunan moodku. Entahlah, sampai sekarang pun aku tak tahu apa jawaban yang akan ku berikan jika pertanyaan ini terlontarkan kepadaku lagi.
Sabtu, 23 Agustus 2014
Cukup.
Catatan Fajar
Iya, kamu!
Sudah berapa lama kamu hidup? 22 tahun?
Apa saja yang sudah kamu kerjakan selama ini?
Berapa banyak hal positif yang sudah kamu tunaikan?
Sebandingkah dengan hal negatif yang sudah kamu kerjakan?
Hey kamu!
Iya, kamu!
Sudah berapa banyak kasih sayang dan perhatian yang kamu dapat?
Dari orang tua, dari keluarga, sahabat, guru, dan temanmu
Sudahkah kamu mampu membalas semua yang mereka berikan ikhlas kepadamu?
Hey kamu!
Iya, kamu!
Sudah berapa banyak kamu dididik, dilatih dan dibina dengan berbagai ilmu?
Bermanfaatkah ilmumu? Sudahkah kamu aplikasikan semua teorimu?
Tidakkah kamu dzolim dengan semua itu?
Hey kamu!
Iya, kamu!
Penulis dalam keheningan fajar, Pelaku dalam rentak semangat,
Pelupa dalam detik kelalaian, Pemimpi dalam lamunan senja,
Sadarlah, hidupmu, bukan sekedar hidupmu
Hidupmu, untuk hidupmu, dan hidup orang-orang di sekitarmu
Hidupmu, untuk matimu
Hidupmu, untuk agamamu, bangsamu, dan negaramu
Sadarlah, kamu.