Selasa, 08 April 2014

Fenomena

Cinta mungkin adalah salah satu anugerah terindah yang Allah berikan pada makhluknya. Ia nya tak mengenal masa, usia, raga, dan dimensi yang memisahkan antara kedua manusia. Manusia tumbuh dengan cinta orang tua dan keluarga, berkembang dengan cinta teman dan lingkungannya, dan dewasa dengan cinta kepada pasangannya. Tapi cinta yang terbesar tetaplah milik Allah bagi setiap hambanya. 

Entah sejak kapan manusia mulai mengenal cinta kepada lawan jenisnya, cinta yang melebihi sekedar kecintaan seorang teman terhadap temannya, kecintaan seorang sahabat kepada sahabatnya. Cinta kadang berlawanan dengan akal manusia. Manusia terkadang tak memiliki keinginan untuk mencintai lebih dari haknya, tapi cinta bukanlah ilmu yang bisa dipelajari, dikembangkan, dan dihasilkan dari usaha demi usaha. Ia kadang tumbuh di hati manusia dari pertemuan singkat, berkembang dengan senyuman hangat, dan bersemi dengan perhatian yang tersurat.

Cinta adalah fitrah, tak ada yang salah dengan memiliki perasaan cinta. Mencintai adalah anugrah, dicintai adalah berkah. Semuanya datang dari Allah, Zat yang kepada-Nya terpulang seluruh rasa cinta.

Sayang, sebagian manusia salah dalam menyikapi cinta. Terjerumus dalam jurang yang fana, tersesat dalam gua yang hampa. Sekali lagi, tidak ada yang salah dengan cinta, yang salah hanyalah bagaimana kita menyikapinya. Karena cinta hanya bisa menjadi cinta yang hakiki apabila disikapi dengan tepat; menikah.

Cinta sering kali tumbuh di waktu yang tidak tepat, ketika kedua insan belum siap untuk melanjutkan hubungannya ke jenjang pernikahan. Saat-saat seperti inilah kebijaksanaan kedua pihak diuji, untuk saling menjaga hati, menyimpannya hingga waktu yang tepat datang, atau mengikuti hawa nafsu dengan alternatif lain; pacaran.

Sebagian orang mungkin berfikir pacaran adalah jalan untuk mengenal calon suami/istri, sehingga ketika waktu pernikahan itu tiba, keduanya sudah saling yakin akan pasangannya masing-masing dan tak terjadi kesalahan dalam memilih the right one. Tapi, fenomena yang ditemukan saat ini, maksud utama dari pacaran tersebut tidak tercapai. Hal-hal lain yang seharusnya hanya terjadi antara suami-istri malah terjadi di fase ini. Perhatian yang berlebihan, rasa kepemilikan yang melewati batas, takut kehilangan, kekecewaan yang mendalam ketika kehilangan, kontak fisik yang tidak diperbolehkan, hingga seks bebas. Semuanya sudah lumrah terjadi di masa pacaran, masa dimana sebenarnya keduanya hanya ingin mengenal dan sama sekali tidak memiliki hak apapun kepada pasangannya. Na'udzubillah. Akan sangat memprihatinkan apabila membaca berita tentang salah satu dari kasus-kasus diatas, apalagi seandainya yang menjadi pelaku/korban adalah teman kita, saudara/i kita, bahkan diri kita sendiri.

Maka, apa cara terbaik menghindari ini semua? Menikah, dan jangan berpacaran. Simpan dan sucikan semua perasaan cinta hingga waktu yang tepat datang.

Tidak ada manusia yang suci, semua pernah berbuat kesalahan. Mari saling mengingatkan untuk kembali ke jalan yang lurus. Wallahu a'lam

***

Teruntuk diri saya sendiri, saudara, teman laki-laki, ataupun siapapun lelaki diluar sana, baik yang berniat untuk berpacaran, sedang, ataupun sedang tidak berpacaran. Kita ditakdirkan sebagai laki-laki, ditakdirkan untuk memiliki kekuatan lebih diatas lawan jenis. Tak ada satu alasanpun yang membolehkan kita untuk menindas perempuan. Tak ada sedikitpun hak kita sebagai lelaki diatas perempuan kecuali setelah pernikahan. Hentikan penindasan kaum perempuan dengan mengatasnamakan cinta ataupun pacaran. Mereka lemah, maka lindungi. Mereka rapuh, maka kuatkan. Kita ditakdirkan sebagai pemimpin, maka pimpinlah istri kita dengan ilmu dan iman. Jaga kesucian mereka, hormati kedudukan mereka. Tentu hal yang sama kita inginkan terjadi kepada saudari kita, bahkan anak perempuan kita kelak.

Teruntuk saudari, teman perempuan, ataupun siapapun perempuan diluar sana, baik yang berniat berpacaran, sedang, ataupun sedang tidak berpacaran. Kalian suci dan terhormat. Jangan nodai kesucian kalian dengan cinta-cinta yang fana. Jangan rendahkan kehormatan kalian dengan mengikuti bujukan-bujukan lelaki untuk berpacaran. Kalian adalah ibu dari anak-anak masa depan, masa depan bergantung kepada mereka. Jangan mau ditindas oleh kaum lelaki, hidup kalian milik kalian, masa depan kalian di tangan kalian, bukan di tangan kami para lelaki. Jangan takut untuk melawan, akan selalu ada lelaki baik yang bersedia melindungi perempuan.





Sebuah catatan,
Seorang lelaki yang lelah dengan fenomena cinta,


Selasa, 8 April 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar